Selasa, 03 Maret 2015

Tak Semua Cinta Bisa Bersatu




https://alluva.files.wordpress.com/2013/12/tenggelamnya1.jpg“Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” adalah film drama romantis yang disutradarai Sunil Soraya yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Haji Abdul Marik Karim Amrullah atau yang dikenal juga dengan nama pena hamka. Filmnya sendiri disutradarai oleh Sunil Soraya. Film ini dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, Reza Rahadian, dan Randy Danistha. Proses produksinya menghabiskan waktu lima tahun dan penullisan skenarionya dilakukan selama dua tahun. Film ini tayang pada tanggal 19 Desember 2013.



Tenggelamnya kapal van der wijck menceritakan seorang pemuda bernama Zainuddin yang ayahnya berasal dari minangkabau sedangkan ibunya berasal dari bugis yang pergi ke kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana ia menjalin hubungan dengan kembang desanya yang bernama Hayati. Namun hubungan cinta mereka terhalang oleh tradisi yang menganggap bahwa Zainuddin tidak bersuku karena adat minangkabau yang berdasarkan garis keturunan ibu. Kebudayaan Indonesia seperti yang kita ketahui memiliki tradisi yang kuat dan cenderung memaksa. Seharusnya tidak masalah biarpun Zainuddin sudah hilang dari garis keturunannya selama ia dapat membuktikan bahwa ia bisa sukses.



 Semenjak Zainuddin bertemu dengan Hayati, kehidupannya menjadi berubah. Seolah ada yang mengisi kekosongan di hatinya. Dengan adanya pemuda bernama Aziz dari padang panjang yang kaya dan garis keturunannya jelas yang melamar Hayati, Hayati pun mengingkari janji yang ia buat dengan Zainuddin .Setelah Hayati menerima lamaran dari Aziz, Zainuddin merasa terpuruk. Sakit hatinya berdampak pada mentalnya. Hayati dan Aziz datang menjenguk Zainuddin hanya sekedar mengukuhkan kabar bahwa mereka sudah terikat dalam pernikahan dan Hayati menyuruh Zainuddin untuk mencari wanita lain yang lebih baik darinya. Zainuddin ditemani oleh sahabatnya, Bang Muluk pergi ke Batavia untuk bangkit, melupakan Hayati, dan mencoba untuk sukses dengan menulis cerita berdasarkan pengalaman pahitnya di padang panjang. Cerita tersebut pada akhirnya laris dan banyak peminatnya. Zainuddin pun akhirnya diangkat menjadi kepala cabang surat kabar di Surabaya dan mempunyai rumah yang besar di sana. Dari sini bisa diteladani bahwa saat kita jatuh dan terpuruk, kita dapat memilih untuk bangkit dan berusaha daripada diam dalam keterpurukan. Di saat itulah orang akan memandang dan mengakui kita.



Judul dari film tersebut, “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” tidak menggambarkan cerita film tersebut secara keseluruhan. Walaupun memang sesuai dengan judul novel  yang merupakan adaptasi dari film tersebut, tapi seharusnya bisa diubah dengan judul yang sesuai dengan tema cerita atau jalan ceritanya. Penyebab kapal Van der Wijck tenggelam juga tidak diketahui. Selain beberapa kekurangan yang sudah disebutkan, film ini mempunyai kelebihan dapat “menyihir” penonton untuk mengikuti ceritanya dari awal hingga akhir. Pesan moral dan motivasi yang disampaikan juga bagus. Suasana 1930-an begitu kental terasa dari latar, properti yang digunakan, dan dialog yang cenderung menggunakan aksen daerah.



Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” merupakan film romansa yang tidak boleh dianggap remeh. Banyaknya pesan moral dan motivasi yang kuat supaya orang yang patah hati tidak larut dalam kesedihan. Film ini juga mengajarkan agar kita tidak membuat janji yang tidak bisa kita tepati.